Aku ingin seperti mereka
Diposkan oleh : Admin Jumat, 20 September 2019 0 comments
Ya.. tulisanku kali ini bertema “Aku ingin seperti mereka”
tak lebih. Hanya saja akupun sadar ketika aku belum seperti mereka padahal waktu
sudah berlebih itu adalah keinginanNya. Sama seperti arah angin berhembus dan
jatuh bergugurannya daun jati adalah bagian dari keinginanNya.
Mungkin kalimat dari abu nawas mewakili perasaanku. Tuhan…
aku tak layak di surgamu, tapi sungguh aku terlalu rapuh untuk kau taruh di
nerakaMu. Jadi bolehkan aku hanya di pintu surgamu Tuhan???
Aku ingin berkeluarga, aku ingin menggendong putra seperti teman-temanku.
Ikhtiyar lahir dan batin kurasa sudah kulakukan semua. Tetapi masih ‘belum’.
Aku bukan dari mereka yang mempertanyakan keadilan tuhan
atas umatnya, aku bukan dari mereka yang mengingkari ‘nikmat mana yang masih
kau dustakan’, aku bukan bagian dari mereka yang selalu haus akan nikmat dunia.
Aku hanya ingin seperti kanjeng nabi yang berkeluarga, sehingga bisa belajar
bab baru dalam sisa umurku. Meski terkadang hawa nafsu nafsiyahku juga mewarnai
keinginanku itu.
Aku sadar sesadarnya bahwa keinginanku tak akan bisa menang
jika melawan keinginanMU. Tak akan pernah menang meski sampai kiamat. Aku hanya
secuil debu yang tak berarti di hadapan kerajaan suciMu.
Inginku tak goyah, tetap senyum, tak bergeming dengan semua
nikmat dunia yang bak kotoran ini. Apapun itu keputusanMu atasku, ku rela dan
rela dan rela dan ikhlas dalam menjalani detik detik masa yang masih kau
percayakan padaku. Tapi aku pun sadar sesadarnya, jika ada sutra, bulu woll
yang sangat lembuh tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan
ke-Latief-anMu. Tidak ada apa apanya
jika dibandingkan dengan ke-Rohman-anMu. Tidak ada apa apanya jika dibandingkan
dengan ke-Rokhim-anMu. Tak lelah hati untuk terus memelas kepadaMu.
Jika nabiMu, kekasihmu adalah standar insan mulia yang harus
dicontoh semua ummatnya. Bolehkan kiranya aku seperti beliau. Menggenapkan
keimanan dengan berkeluarga.
Tak ada sesuatu di dunia, semesta, jagat raya ini layak untuk
dimintai pertolongan, selain kepadaMu. Kau yang maha mengetahui isi hati,
sudikah kiranya mengabulkan keinginanku. Biarlah bab berganti dalam aku mengisi
perjalanan hidupku.
Jikalau ada kesalahanku yang aku sengaja maupun yang tak
kusengaja tempo dulu yang membuatMu murka kepadaku. Kurela menebusnya, karena
pada dasarnya aku adalah seonggok daging yang membungkus tulang. Jika tidak ada
ruhMu, aku adalah bagian terjijik di alam semesta. Aku adalah hambaMu tak pernah lelah untuk
tertunduk sujud dihadapanku semua sifat yang Maha yang melekat padaMu.
Hanya kepadamu aku menyembah dan mememohon pertolongan.
Curhatan ini untuk kawan sedang yang berjuang untuk tetap
survive (bertahan hidup) di kerasnya hidup sembari mengharap keridloanNya di
tiap langkah ringkihnya dan semua keterbatasannya.
Sidowarek. 20 September 2019.
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home